This is a free and fully standards compliant Blogger template created by Templates Block. You can use it for your personal and commercial projects without any restrictions. The only stipulation to the use of this free template is that the links appearing in the footer remain intact. Beyond that, simply enjoy and have fun with it!

Jumat, 03 Agustus 2007

Sejarah Kota Sawahlunto

Sawahlunto sebagai salah satu kota kecil di Indonesia yang terletak dilingkungan Bukit Barisan Sumatra Barat. Sejak ditemukannya batu bara di sekitar Sungai Ombilin tahun 1868 oleh seorang ahli tambang dari Belanda yang bernama Ir. Willem Hendrik De Greve (makasih Meneer..!!), dan produksi pertamanya yang dimulai pada tahun 1892, geliat perekonomian Kota Sawahlunto praktis bergantung pada sektor pertambangan. Areal penambangan batu bara di Kota Tambang seluas lebih kurang 16.000 hektar, yang tersebar di Kecamatan Talawi, memiliki tambang dalam satu satunya di Indonesia.

Kegiatan penambangan selain dilakukan perusahaan milik negara, juga perusahaan swasta dan masyarakat. Produksi batu bara yang mayoritas dihasilkan oleh kuasa pertambangan PT Tambang Batubara Bukit Asam Unit Produksi Ombilin (PT TBBA UPO) ini dikonsumsi pasar domestik untuk keperluan beberapa industri semen, kegiatan listrik negara, dan perusahaan swasta lokal lainnya. Sedangkan untuk pasar Asia, dinikmati oleh perusahaan Ma-sefield AG (Malaysia), Sungmin (Korea), dan Jepang. Untuk mendukung kegiatan produksi, distribusi batu bara dari lokasi penambangan ke konsumen dapat dilakukan dengan menggunakan truk dan kereta api batu bara menuju pengapalan di Pelabuhan Teluk Bayur.

Penambangan batu bara Ombilin telah beroperasi selama +/- 109 tahun. Sayang, cadangan batu bara tidak mencukupi lagi. Sehinggak sejak tahun 2003 (maaf jika saya salah…) Tambang luar sudah tidak bisa berproduksi lagi. Sedangkan Cadangan batu bara dari tambang dalam masih sangat menjanjikan. Namun, penambangan dari tambang dalam ini tidak semudah penambangan dari tambang terbuka. Di samping memperhitungkan tingkat keselamatan penambang, peralatan yang yang dibutuhkan juga harus lebih canggih, yang berarti memerlukan investasi besar. Sementara itu, susahnya memberhentikan penambang liar oleh masyarakat yang merasa berhak karena batu bara berada di tanah ulayat, menjadi kendala utama dalam mengundang investor. Di luar kendala tersebut, karena batu bara adalah non renewable resources, orientasi kemampuan ekonomi daerah pascabatu bara perlu dikembangkan.

Memang tidak dapat dipungkiri, usaha pertambangan batu bara menjadikan kemampuan ekonomi per kapita (PDRB per kapita) Kota Sawahlunto meningkat setiap tahun. Sampai tahun 1999 angka PDRB per kapita mencapai Rp 9,1 juta. Angka ini melebihi angka PDRB per kapita Provinsi Sumatera Barat dan nasional yang masing-masing Rp 4,5 juta dan Rp 5,5 juta. Namun, jika ditinjau tanpa memasukkan unsur batu bara, PDRB per kapita turun menjadi Rp 5,1 juta. Angka yang masih tergolong tinggi, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor jasa dan industri pengolahan. Bersama sektor pertambangan, sektor pertanian yang juga termasuk dalam kegiatan yang hasilnya menjadi input bagi kegiatan ekonomi lainnya, sebenarnya menjadi sumber mata pencarian utama penduduk. Sektor pertanian menyerap 4.952 tenaga kerja (21,49% dari total tenaga kerja yang terdata), sementara sektor pertambangan menyerap 5.049 tenaga kerja (21,91%). Akan tetapi, soal kontribusi terhadap total kegiatan ekonomi, sektor pertanian tiap tahun menyumbang tidak lebih dari 5%. Tahun 1999, misalnya, sektor pertanian hanya menyumbang 4% atau senilai Rp 19,2 milyar. Sedangkan sektor pertambangan setiap tahun memberi kontribusi hampir 50%. Pada tahun 1999 saja kontribusinya 45,92 % atau senilai Rp 220,9 milyar. Ini menunjukkan penduduk yang banyak bekerja di sektor pertanian adalah tenaga kerja yang kurang produktif.

Adapun potensi unggulan yang sedang dikembangkan pemkot (pemerintah kota) untuk menghadapi era pascatambang adalah industri yang berbasis kerakyatan, seperti kerupuk ubi kubang di Kenagarian Kubang. Serta usaha ayam buras di Desa Kumbayau, ikan air tawar di Desa Rantih, dan batu bata di Desa Sijantang. Dengan visi menjadikan Sa-wahlunto sebagai kota wisata tambang yang berbudaya, pemkot juga mempersiapkan kegiatan wisata yang memanfaatkan aset dan kegiatan pertambangan sebagai obyek dan daya tarik wisata.


* (Data diambil dari berbagai sumber : Litbang, Kompas dan beberapa sumber yang dapat dipercaya)

2 Komentar:

Anonim mengatakan...

wah.. ternyata benar. Daya jelajahnya cukup tinggi dalam mencari informasi kota sawahlunto.

Seegetz mengatakan...

Mas Anonim..
Terimakasih komentar komentarnya. Saya akan berusaha mengangkat kota sawahlunto dengan kemampuan yang saya miliki. Mohon bantuannya untuk mengirim info terbaru tentang sawahlunto. Terimakasih...

Oya,.. mas siapa namanya? kok begitu misterius..??